UTF versus Mesh
Setelah agak lama vakum karena beberapa kali harus keluar kota untuk urusan pekerjaan, dan sempat dag-dig-dug akibat status Merapi, ditambah lagi memang baru males menulis, kini tiba saatnya membahas tentang SAP2000 lagi… Jika menyimak judulnya (penjelasan di bawah judul maksudnya…), tulisan kali ini memang berkaitan terutama dengan pemakaian elemen shell untuk pemodelan pelat pada bangunan gedung. Di antara (atau malah semua?) para pembaca tentunya ada yang mengenal metode pelimpahan beban pelat lantai ke balok-balok gedung dengan pembebanan segitiga dan trapesium. Dalam metode tersebut, pelat tidak dimodelkan sebagai elemen namun hanya sebagai beban (termasuk berat finishing lantai dan beban hidup), sehingga model struktur gedung hanya mencakup elemen balok dan kolom saja. Hal ini terkait terutama karena keterbatasan metode perhitungan klasik struktur frame. Nah, seiring dengan berkembangnya jaman, dan mulai hadirnya program semacam SAP2000, kini tersedia pula metode alternatif: pelat dapat langsung ikut dimodelkan sebagai elemen dalam model struktur. Tulisan ini akan mencoba membandingkan kedua metode tersebut, dengan kaitannya terhadap pemodelan pembebanan uniform dan uniform to frame, serta pengaruh mesh. Uniform? Uniform to frame? Mesh? Nggak gatal tapi jadi garuk-garuk kepala? Ikutin aja ceritanya, nanti juga manggut-manggut kok akhirnya…
Langsung saja, di sini akan dibandingkan 5 macam model struktur gedung sederhana 2 lantai dengan tinjauan beban gravitasi. Seperti yang disebutkan sebelumnya, dibuat model struktur frame dengan pelat sebagai beban saja, dan model dengan pelat sudah ikut disertakan sebagai elemen. Pada model dengan pemodelan elemen pelat, ditinjau pengaruh pembebanan tipe uniform dan uniform to frame. Termasuk pula adalah tinjauan terhadap pengaruh meshing alias pembagian pias-pias pada elemen pelat. Sebagai rekapitulasinya, model tinjauan kita adalah sbb. :
- Frame tanpa pelat, beban segitiga/trapesium
- Frame dengan pelat, beban uniform to frame, tanpa mesh pelat
- Frame dengan pelat, beban uniform to frame, dengan mesh pelat
- Frame dengan pelat, beban uniform, tanpa mesh pelat
- Frame dengan pelat, beban uniform, dengan mesh pelat
Oh ya, sebelum kelupaan… mesh yang dipakai di sini adalah dengan automatic area mesh. Mau dengan divide area juga boleh sih, sama saja kok. Bedanya hanya di modelnya saja, dengan divide area model akan dibagi dalam pias-pias secara fisik sedangkan dengan automatic mesh hanya dalam analisisnya saja program akan melakukan pembagian pias secara otomatis. Biar lebih jelas, misal satu panel pelat dibagi menjadi 10 x 10 pias lewat divide area, maka akan didapatkan 100 elemen pelat untuk panel tersebut. Dengan automatic mesh, panel tetap akan menjadi 1 elemen, namun dalam analisisnya akan dihitung sebagai 100 pias/elemen. Jika ingin melakukan perubahan jumlah/ukuran pias, maka metode dengan divide area harus membuat panel/elemen baru lalu dibagi, sedangkan pada automatic mesh tinggal mengganti inputnya saja. Selain itu, mesh yang dimaksud di sini adalah mesh yang lebih detail/halus pada panel pelat antara balok-balok, jadi bukan hanya mesh pada lokasi baloknya saja.
Beban-beban yang ditinjau pada model struktur adalah beban mati (berat sendiri) dan beban hidup (penggunaan lantai gedung). Tentu saja ini adalah penyederhanaan saja agar mudah penyajian dan pemahamannya, misal beban mati bisa ditambahkan pula beban finishing keramik dll. Beban hidup pada model adalah sebesar 2,5 kN/m2 untuk pelat lantai 2 dan 1 kN/m2 untuk pelat lantai dak/atap. Monitoring dilakukan terhadap respon nilai maksimum lendutan serta momen lentur pada balok lantai 2 portal tengah untuk portal arah-X, dengan acuan model frame tanpa pelat (sebagai beban saja, Model no.1). Setelah melalui proses analisis yang cepat (ya iyalah… coba kalau model 50 lantai dengan denah tak beraturan…) maka sim salabim berikut rekap hasilnya, untuk tinjauan beban hidup saja (nomor urut mengacu juga pada nomor model) :
- Lendutan lantai 2 portal tengah arah X
- 0,0611 mm
- 0,0619 mm
- 0,0617 mm
- 0,0574 mm
- 0,0658 mm
- Momen negatif/positif balok lantai 2 portal tengah arah X
- 9,077/5,485 kNm
- 8,912/5,437 kNm
- 7,274/3,975 kNm
- 0,221/0,223 kNm
- 8,342/4,733 kNm
Coba ingat kembali, model 4 adalah model dengan beban uniform tanpa meshing. Pada beban uniform beban luasan akan langsung disalurkan hanya pada tepi-tepi (nodal ujung) elemen pelat saja. Oleh karena itu, respon lendutan memang masih memenuhi karena titik tinjauan adalah pada joint/pertemuan balok-kolom yang juga terdapat nodal ujung elemen pelat, sehingga beban uniform masih bisa masuk dalam perhitungan. Namun untuk respon momen lentur, di mana titik tinjauan adalah pada elemen batang, maka beban uniform tidak terlimpahkan ke balok karena ujung-ujung pelat hanya ada pada pertemuan/joint balok-kolom saja. Nah, perhatikan tuh model 5, sama-sama dengan beban uniform namun hasil lendutan dan momen bisa mendekati acuan model 1. Apa resepnya? Mesh. Ingat perbedaan model 4 dan 5 hanyalah pada meshing, dengan model 4 tidak dilakukan pembagian pias. Akibat adanya meshing pada model 5, maka beban uniform juga akan tersalukan ke balok karena pada elemen balok juga akan terbebani dari ujung-ujung masing-masing pias elemen pelat. Sedangkan pada model 4 beban hanya akan tersalurkan langsung ke kolom saja.
Terus, model beban uniform to frame, yang tanpa mesh dan dengan mesh (model 2 & 3) kok kayaknya nggak jauh beda ya… kalo gitu, pake yang tanpa mesh aja, biar lebih praktis dan cepat, ya kan ? Eit!
Nanti dulu, jangan keburu syukuran… Harap diingat juga, model-model
peragawati tadi eh salah… model-model struktur kita tadi baru sebatas
tinjauan beban hidup saja lho, untuk keperluan tinjauan beban uniform vs uniform to frame.
Nah, sekarang coba kita lihat apa jadinya bila kita bandingkan model 1,
2 dan 3 untuk pengaruh beban mati. Berikut hasil liputan eh hitungan
nilai momen maksimum akibat berat sendiri pelat dan balok serta kolom
(tinjauan masih pada balok lantai 2 portal tengah arah X dengan format
momen negatif/positif, nomor urut masih mengacu nomor model) :
Sebenarnya ada alternatif lain untuk beban berat sendiri pelat (dan finishing) dihitung tersendiri dan dijadikan beban uniform to frame, sedangkan berat sendiri elemen pelat di-nol-kan lewat modifier di area section-nya, yang menghasilkan momen: 13,096/7,712 kNm (tanpa memakai mesh pelat). Namun, akan muncul masalah lain, jika ingin mencari nilai lendutan pelat (bukan lendutan balok/joint) misal di tengah-tengah bentang pelat, karena deformasi pelat akan menjadi satu kesatuan blok. Bandingkan kedua gambar di bawah ini, bentuk lendutan portal dengan mesh pelat dan tanpa mesh.
Berhubung sudah menjelang akhir tulisan ini (karena sudah mulai capek mikir dan nulisnya…), akan penulis rangkumkan kesimpulan celotehan panjang lebar di atas dalam butir-butir berikut :
Nah, biar tambah penasaran (sekalian ngetes pemahamannya): kalo dilihat di Example Problems SAP2000 (tahu di mana mencarinya kan… dari menu Help), di Problem A (Concrete Wall & Steel Frame) ada contoh pemberian automatic mesh untuk area (shear wall/dinding geser); sedangkan di Problem C (Truss Frame) dan Problem Z (Response Spectrum Analysis) pelatnya tidak diberi mesh (hanya pembagian pada lokasi balok atau titik/joint utama saja). Kira-kira kenapa hayo… (Hint: cermati dan resapi kalimat terakhir paragraf di atas). Silakan dipikir-pikir sendiri ya… Kalau sudah dapat wangsit alias pencerahan nanti bisa di-share di komentar…
- 13,321/7,764 kNm
- 2,791/1,521 kNm
- 11,891/6,484 kNm
Sebenarnya ada alternatif lain untuk beban berat sendiri pelat (dan finishing) dihitung tersendiri dan dijadikan beban uniform to frame, sedangkan berat sendiri elemen pelat di-nol-kan lewat modifier di area section-nya, yang menghasilkan momen: 13,096/7,712 kNm (tanpa memakai mesh pelat). Namun, akan muncul masalah lain, jika ingin mencari nilai lendutan pelat (bukan lendutan balok/joint) misal di tengah-tengah bentang pelat, karena deformasi pelat akan menjadi satu kesatuan blok. Bandingkan kedua gambar di bawah ini, bentuk lendutan portal dengan mesh pelat dan tanpa mesh.
Berhubung sudah menjelang akhir tulisan ini (karena sudah mulai capek mikir dan nulisnya…), akan penulis rangkumkan kesimpulan celotehan panjang lebar di atas dalam butir-butir berikut :
- Pada elemen pelat lantai gedung, dapat diterapkan baik beban uniform maupun uniform to frame.
- Diperlukan meshing pada elemen pelat lantai, terutama pada beban uniform, dan untuk beban uniform to frame guna mengakomodasi transfer beban berat sendiri pelat.
- Alternatif lain untuk masalah beban mati pelat tanpa memakai meshing adalah dengan menjadikan berat sendiri pelat sebagai beban uniform to frame dan me-non aktif-kan berat sendiri pelat. Namun harap diperhatikan, metode ini tidak bisa mengakomodasi keperluan lendutan pada elemen pelat. Jadi, tetap direkomendasikan untuk menggunakan meshing.
Nah, biar tambah penasaran (sekalian ngetes pemahamannya): kalo dilihat di Example Problems SAP2000 (tahu di mana mencarinya kan… dari menu Help), di Problem A (Concrete Wall & Steel Frame) ada contoh pemberian automatic mesh untuk area (shear wall/dinding geser); sedangkan di Problem C (Truss Frame) dan Problem Z (Response Spectrum Analysis) pelatnya tidak diberi mesh (hanya pembagian pada lokasi balok atau titik/joint utama saja). Kira-kira kenapa hayo… (Hint: cermati dan resapi kalimat terakhir paragraf di atas). Silakan dipikir-pikir sendiri ya… Kalau sudah dapat wangsit alias pencerahan nanti bisa di-share di komentar…
wah bagus ini, thanks informasinya. oh iya saya mau tanya, disini sudah dijelaskan uniform dan uniform to frame, lalu bagaimana dengan gravity load?
BalasHapusmaaf saya baru belajar sap.
wah.,.,., ini post punya pak purbo
BalasHapus