Kuliah IRIGASI
PETAK SAWAH
Sistem
irigasi terdiri dari petak sawah dan jaringan saluran air. Untuk memudahkan
dalam operasional dan perawatan, petak dan jaringan dibedakan sesuai dengan
lokasi maupun fungsinya.
1. Petak Sawah
Petak
sawah yang dimiliki oleh seorang petani atau lebih dengan mengambil air dari
bangunan sadap yang ada di saluran
tersier (box tersier). Kumpulan dari petak kuarter adalah petak tersier.
Beberapa petak tersier tergabung menjadi satu dan dilayani oleh air dari
saluran sekunder disebut petak sekunder. Saluran primer umumnya tidak melayani
air pada petak secara langsung.
Dalam
perencanaan, petak dibagi-bagi sesuai lokasi dan ketinggian sedemikian rupa
sehingga pelayanan air oleh saluran dapat maksimal. Namun dalam kenyataan
sering terdapat suatu luasan areal yang
tidak bisa memperoleh air padahal lokasi berdekatan dengan saluran pembawa. Hal ini mungkin terjadi karena
kebetulan lokasi tersebut lebih tinggi dari daerah sekitarnya dan perencanaan
tinggi air di saluran tidak dapat mengikuti ketinggian tersebut karena kenaikan
biaya tidak sebanding dengan penambahan luas areal yang dilayani, sehingga
secara ekonomi tidak fisibel. Pembagian petak dilakukan mengikuti batasan yang
ada seperti sungai, saluran drainasi, jalan, dan batasan administrasi dengan tujuan memudahkan
dalam operasi dan perawatan. Luas petak juga dibatasi agar dalam pelayanan
irigasi dan pengaturan pembagian air oleh juru pintu dapat terkontrol dengan
baik. Petak tersier mengikuti
kriteria sebagai berikut:
· Luas petak diusahakan seragam
· Luas petak tersier untuk daerah
pegunungan/berbukit 50 ha, daerah dataran 50-100 ha.
· Pemberian air ke suatu petak harus melalui
bangunan pengatur dan pengukur debit
· Batas petak harus tegas dan mengikuti
batas yang sudah ada
· Petak tersier harus merupakan satu
kesatuan yang dalam batas administrasi desa
· Air yang lebih harus dapat dibuang segera
· Letak petak sebaiknya langsung setelah
bangunan sadap
· Setiap petak tersier harus mendapat air
hanya dari satu bangunan sadap
· Jarak sawah terjauh yang dilayani dari
bangunan sadap maksimum 3 km
2. Peta, Skema, dan Nomenklatur Irigasi
Hasil
perencanaan digambar minimal dalam
bentuk peta irigasi dan skema jaringan irigasi. Peta irigasi seperti peta topografi
(mengandung nama kampung dan ketinggian) tetapi lebih ditonjolkan pada saluran,
batas dan identitas petak tersier, dan saluran drainasi dengan warna-warna
tertentu untuk perbedaannya. Sedangkan skema irigasi hanya memuat saluran,
petak sawah, dan bangunan secara skematik (tidak mengikuti skala dan arah
saluran yang sebenarnya) tetapi nama saluran, dimensi dan panjang saluran,
identitas dan nama bangunan, dan nama petak sangat jelas (nomenklatur). Nomenklatur
ini berlaku di seluruh Indonesia sehingga
memudahkan pengertian dan pemahamannya. Peta dan skema irigasi harus disimpan
dan dipelihara dengan baik untuk kepentingan pengoperasian, perawatan, dan
perbaikan. Gambar-1 memberikan ilustrasi jaringan irigasi teknis.
JARINGAN IRIGASI
1. Jaringan Saluran Irigasi
Jaringan
saluran irigasi berfungsi untuk membawa air dari sumbernya (bendung, bendungan)
ke petak-petak sawah guna memenuhi kebutuhan air bagi tanaman. Saluran
diupayakan lurus dengan dimensi dan kemiringan sedemikian rupa sehingga
memenuhi syar,t tidak terjadi endapan maupun penggerusan.
Mengingat
kondisi topografi yang sering kali tidak sesuai dengan perencanaan, maka kadang
diperlukan lining
(pada tanah percus atau mudah longsor), bangunan (pada persilangan jalan, sungai, selokan,
lembah) maupun belokan (menghindari kampung, kuburan, mencari kontur yang lebih
sesuai). Walaupun demikian bangunan maupun belokan yang dimaksud harus tetap
dapat memenuhi syarat teknis agar tidak terjadi gerusan pada belokan dan tidak
kehilangan energi pada bangunan yang dapat mengakibatkan penurunan muka air
yang cukup tinggi. Penurunan muka air ini mengakibatkan berkurangnya luas areal
yang dilayani.
Jaringan
dibedakan menjadi saluran primer (saluran langsung dari sumber air), sekunder
(cabang dari saluran primer atau saluran langsung dari bendung bila debit
relatif kecil), dan tersier. Saluran distribusi atau kuarter pada umumnya
dibuat oleh petani dengan petunjuk teknis dari instansi. Dalam hal
tanggungjawab,saluran primer dan sekunder menjadi tanggungjawab instansi,
sedangkan saluran tersier dikelola oleh petani.
2. Perencanaan Saluran Irigasi
Penampang
saluran irigasi dapat berbentuk trapesium, segi empat, tapal kuda, atau
lingkaran. Bentuk saluran ini dtentukan oleh bahan dasar dan tebing saluran.
Bentuk trapesium umumnya dipakai pada saluran yang dibuat langsung pada tanah
(saluran tanpa lapisan). Bentuk segi empat, tapal kuda atau lingkaran umumnya
digunakan pada saluran yang melalui tanah batuan, pada saluran yang dilapisi
pasangan batu atau beton.
Pada
daerah pegunungan, saluran umumnya terpaksa dibuat curam untuk menyesuaikan
dengan keadaan lapangan. Saluran ini disebut saluran curam, yaitu saluran dengan aliran kritis
atau super kritis.
Selain
pertembangan tersebut diatas, dalam perencanaan saluran harus diperhitungkan
biaya pelaksanaan yang paling murah. Mengingat dalam pelaksanaan terdapat
pekerjaan timbunan dan galian, maka diupayakan agar keadaannya seimbang dan
jarak angkur material galian yang akan digunakan untuk material timbunan tidak
terlampau jauh.
3. Macam Saluran Irigasi
Penampang
saluran irigasi dapat berbentuk trapesium, segi empat, tapal kuda atau
lingkaran. Bentuk penampang ini ditentukan oleh bahan dasar dan tebing saluran.
Bentuk penampang saluran trapesium umumnya dipakai pada saluran yang dibuat
langsung pada tanah(saluran tanpa lapisan). Bentuk segi empat atau tapal kuda
umumnya digunakan pada saluran yang melalui tanah batuan, saluran yang dilapisi
pasangan batu atau beton.
Saluran
harus direncanakan agar memenuhi persyaratan pengaliran, yaitu aliran tidak menimbulkan gerusan dan
endapan. Rute saluran juga harus ditencanakan ekonomis, yaitu pendek dan sedapat mungkin
menghindari timbunan tinggi atau galian dalam. Pada daerah pegunungan, saluran
umumnya terpaksa dibuat curam untuk menyesuaikan dengan keadaan medan. Saluran
ini umumnya disebut saluran curam (chute).
Mengingat
saluran harus memiliki kemiringan untuk dapat mengalirkan air secara gravitasi,
maka perlu diperhatikan adanya kehilangan energi karena kemiringan, disamping
kehilangan energi karena perubahan kecepatan. Pada daerah belokan radius
belokan saluran harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan
kehilangan energi yang besar atau agar tidak mengakibatkan kerusakan pada
tebing saluran.
Muka air tertinggi tidak
boleh melampaui tebing saluran sehingga kerusakan saluran dapat terhindar.
Jarak ini disebut tinggi
jagaan (freeboard) dan harus diperkirakan sedemikian rupa
sehingga dapat menampung tambahan air akibat hujan atau kenaikan muka air
karena kesalahan dalam pengoperasian pintu air. Akibat batasan ini maka saluran
memiliki tebing dengan ketinggian teratur yang disebut tanggul.
Saluran
irigasi perlu perawatan secara rutin agar fungsi dan kapasitasnya dapat
dipertahankan sesuai dengan rencana. Untuk itu perlu ada jalan inspenksi yang
dapat dilalui kendaraan roda dua atau kendaraan roda empat. Jalan inspeksi ini
dapat ditempatkan pada atau disamping tanggul.
a. Saluran Tanpa
Lapisan
Saluran tanpa lapisan adalah saluran tanah
yang tidak menggunakan perlindungan baik pada dasar maupun pada tebing saluran.
Rute saluran ini harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak terletak
pada galian yang dalam. Bila terpaksa demikian, maka tebing harus dibuat miring
dan bertangga dengan lebar ber m mimimum 1.00 m. Agar aliran air tidak merusak
saluran, pada bagian saluran yang
berubah arah horizontal (belok) harus memenuhi syarat radius minimum, yang
besarnya dapat dihitung dengan:
* R = (6-7) x B (1)
Atau:
* R = 15 x d (2)
Atau:
* R = 10 x b (3)
dengan:
R = jari-jari belokan minimum (m)
B = lebar muka air di saluran pada aliran debit maksimum (m)
d = tinggi air normal di saluran
pada aliran debit maksimum (m)
b = lebar dasar saluran (m)
b. Saluran Dengan Lapisan
Maksud penggunaan lapisan pada saluran irigasi
antara lain untuk:
* Melindungi tebing saluran dari kelongsoran
* Melindungi tebing dan dasar saluran dari
gerusan air akibat terjadinya kecepatan air yang melampaui kecepatan maksimum.
* Perbaikan tanah tebing dan dasar saluran
karena kondisi tanah asli yang tidak memenuhi persyaratan teknis
* Mengurangi kehilangan air di saluran karena rembesan.
Adapun macam lapisan yang digunakan dapat terbuat
dari:
* Lapisan keras : beton, pasangan batu, pasangan bata merah.
* Lapisan tanah.
Jari-jari belokan pada saluran dengan
lapisan dapat lebih kecil dibandingkan dengan jari-jari belokan yang digunakan
pada saluran tanpa lapisan. Jari-jari belokan minimum pada saluran dengan
lapisan keras dapat digunakan 0,5 kali jari-jari belokan pada saluran tanpa
lapisan.
Khusus untuk kecepatan pengaliran maksimum
yang diizinkan dapat diambil lebih besar dibandingkan dengan kecepatan
pengaliran maksimum pada saluran tanpa lapisan. Persyaratan ini dapat
menghasilkan dimensi saluran yang lebih kecil. Besarnya kecepatan pengaliran
maksimum untuk masing-masing jenis lapisan dapat dipakai batasan sebagai
berikut :
* Saluran dengan lapisan tanah =
0.90 m/dt
* Saluran dengan lapisan pasangan batu = 2.00 m/dt
* Saluran dengan lapisan beton =
3.00 m/dt
Adapun tebal lapisan yang digunakan pada
masing-masing jenis lapisan dapat dibuat sebagai berikut:
* Lapisan tanah untuk dasar saluran min = 0.60 m
* Lapisan tanah untuk tebing saluran min.(hor) = 0.90 m
* Lapisan pasangan batu minimum =
0.30 m
* Lapisan beton minimum =
0.07 m
4. Dimensi Saluran Irigasi
Dimensi saluran dan bangunan yang
direncanakan harus mampu mengalirkan debit rencana. Debit rencana adalah jumlah
air per satuan waktu yang direncanakan untuk dialirkan. Untuk mengetahui
besarnya debit rencana, terlebih dahulu perlu dihitung kebutuhan air di sawah
dan kehilangan air yang mungkin terjadi.
a. Debit Rencana Saluran
1) Debit rencana untuk saluran primer, sekunder
dan subsekunder
* Q = q x A (4)
* S = 11.5467 x C (Q/V)0.5
(5)
* Qr = Q + S (6)
dengan :
* q = kebutuhan air tiap satuan luas (Lt/dt/ha)
* A
= Luas daerah yang diairi (ha)
* S = Kehilangan air akibat rembesan (Moritz), dalam lt/dt/km
* V = kecepatan pengaliran di saluran (m/dt)
* C = koefisien moritz, Tabel-1
* Qr = debit rencana (Lt/dt)
Tabel-1. Koefisien Moritz
Jenis Material
|
C
|
Cement gravel and hand pan with
sandy loam
|
0.34
|
Clay and clayey loam
|
0.41
|
Sandy loam
|
0.66
|
Volcanic ash
|
0.68
|
Volcanic ash with sand
|
0.98
|
Sand and volcanic ash or day
|
1.20
|
Sandy soil with rock
|
1.68
|
Sandy and gravelly soil
|
2.20
|
2) Debit rencana
untuk saluran tersier
Qr = q x A (7)
b. Rumus Hidrolika
Rumus pengaliran yang umum dipakai dalam
perhitungan dimensi saluran adalah:
Rumus Kontinuitas:
Q
= A x V (8)
Rumus Manning:
* A = (b + m x d ) x d (10)
dengan:
·
Q =
debit rencana (m3/dt)
·
V =
kecepatan aliran (m/dt)
·
A
= luas penampang basah (m2)
·
P = keliling basah (m)
·
R
= jari-jari hidrolis (m)
·
b
= lebar dasar saluran (m)
·
d =
tinggi air normal di saluran (m)
·
m =
kemiringan tebing saluran (H : V = 1 : m )
·
S =
kemiringan dasar saluran (m/m)
·
n =
angka kekasaran Manning, Tebal-2
Tabel-2.
Koefisien Kekasaran Manning (n)
Jenis
Saluran dan Material
|
n
|
|
1
|
Saluran tertutup, aliran bebas
|
|
1.1
|
Saluran dari beton
|
0.011-0.014
|
1.2
|
Saluran dari pasangan bata
|
|
- dilapisi adukan semen
|
0.012-0.017
|
|
- dilapisi dan dilicinkan
|
0.01-10.015
|
|
1.3
|
Saluran dari pasangan olakan disemen
|
0.018-0.030
|
2
|
Saluran dengan lapisan
|
|
2.1
|
Lapisan semen permukaan rapi
|
0.010-0.013
|
2.2
|
Lapisan semen adukan
|
0.011-0.015
|
2.3
|
Lapisan plesteran
|
0.011-0.015
|
2.4
|
Lapisan pasangan batu seragam
|
0.015-0.020
|
2.5
|
Lapisan pasangan batu tak sama
|
0.017-0.024
|
2.6
|
Lapisan pasangan batu kosong
|
0.023-0.036
|
2.7
|
Lapisan pasangan bata dilicinkan
|
0.011-0.015
|
2.8
|
Lapisan tanah
|
0.022-0.025
|
3
|
Saluran Tanpa Lapisan
|
|
3.1
|
Saluran bersih baru diselesaikan
|
0.016-0.020
|
3.2
|
Saluran bersih setelah digunakan
|
0.018-0.025
|
3.3
|
Saluran banyak belokan
|
0.023-0.030
|
4
|
Saluran Alam
|
|
4.1
|
Bersih, lurus
|
0.025-0.033
|
4.2
|
Lurus, banyak batu dan tanaman kecil
|
0.030-0.030
|
4.3
|
Bersih berbelok-belok, banyak kedung
|
0.033-0.045
|
4.4
|
Berbelok-belok sedikit tanaman kecil dan
batu
|
0.035-0.050
|
c. Perhitungan Dimensi Saluran
Tabel-3. Ancangan Dimensi Saluran
Q
|
b/d
|
V
|
H:V
|
F
|
Tanggul
|
Tanggul
|
0.00-0.15
|
1.0
|
0.25-0.30
|
1 : 1
|
0.30
|
1.50
|
|
0.15-0.30
|
1.0
|
0.30-0.35
|
1 : 1
|
0.30
|
1.50
|
|
0.30-0.40
|
1.5
|
0.35-0.40
|
1 : 1
|
0.40
|
1.50
|
|
0.40-0.50
|
1.5
|
0.40-0.45
|
1 : 1
|
0.40
|
1.50
|
5.00
|
0.50-0.75
|
2.0
|
0.45-0.50
|
1 : 1
|
0.50
|
1.50
|
5.00
|
0.75-1.50
|
2.5
|
0.50-0.55
|
1 : 1
|
0.50
|
1.50
|
5.00
|
1.50-3.00
|
2.5
|
0.55-0.60
|
1 : 1
|
0.60
|
1.50
|
5.00
|
3.0-04.50
|
3.0
|
0.60-0.65
|
1 : 1,5
|
0.60
|
2.00
|
5.00
|
4.50-6.00
|
3.5
|
0.65-0.70
|
1 : 1,5
|
0.60
|
2.00
|
5.00
|
6.00-7.50
|
4.0
|
0.70
|
1 : 1,5
|
0.60
|
2.00
|
5.00
|
7.50-9.00
|
4.5
|
0.70
|
1 : 1,5
|
0.60
|
2.00
|
5.00
|
d. Mencari Lebar Saluran
Diketahui:
Misal
Hasil perhitungan Q = 5 m3/dt
Misal
Perkiraan V dari Tabel 6.3 = 0.70
m/dt
A=V/Q, misal menghasilkan A=7.14
m2
Persamaan
lain untuk A pada penampang
trapesium:
A=(b+m.d)d
Perkiraan
b/d
dari Tabel 6.3
Misal
b/d=3.5
à b=3.5.d dan m=1.5 à
A=(3,5d+1,5d)d = 5d2
Jadi:
7.14 = 5 d2 -- d= (7,14/5)0.5 = 1,19m
Telah
diasumsi b/d=3.5 à b= 3.5 x 1.19 = 4.16 m à dibulatkan 4.20 m
e. Mencari kemiringan saluran:
Tahap
awal dalam penentuan dimensi saluran adalah menentukan besarnya kemiringan
dasar saluran. Kemiringan dasar saluran yang diambil harus sedemikian rupa,
sehingga dimensi saluran yang dihasilkan sesuai dengan keadaan lapangan. Dengan bantuan angka dalam Tabel 6.3,
kemiringan dasar saluran dapat ditentukan:
- Berdasarkan Q yang direncanakan, dapat
dipilih : b/d, V, dan m
- Selanjutnya dapat dihitung:
·
A = Q
/ V (12)
·
A =
(b + m.d) x d (13)
Dengan substitusi bilangann b/d dalam
persamaan 6.13 dan menyamakan persamaan 6.12 dengan persamaan 6.13, maka
besarnya d dapat dicari. Berdasarkan nilai d dan perbandingan b/d yang
diperoleh dari Tabel 6.3, maka nilai b diperoleh. Agar rencana dapat dilaksanakan dengan baik,
nilai b dibulatkan 1 (satu) angka di belakang koma. Karena pembulatan ini maka nilai d yang teliti perlu
dicari lagi setelah kemiringan dasar saluran ditentukan.
Dari
parameter di atas dapat diketahui besarnya nilai A dan P untuk mencari R,
yaitu:
·
A =
(b + m.d) d (14)
·
P = b + 2 d (1 + m2)0.5 (15)
·
R = A/P (16)
- Berdasarkan nilai V yang diambil dari
Tabel 6.3, nilai R dari persamaan 6.16, dan nilai n dari Tabel 6.2, maka
besarnya S dapat dicari, yaitu:
* S = [ ( V x
n ) / ( R2/3 ) ]2 (17)
Agar kemiringan hasil perhitungan ini
dapat dilaksanakan dengan baik dilapangan perlu dilakukan pembulatan. Meskipun
sudah ada pedoman, tinggi air dalam saluran dibatasi tidak lebih dari 1.50
meter. Hal ini dimaksudkan agar keamanan bagi penduduk sekitar saluran dapat
dijamin.
Lebar tanggul saluran irigasi dibuat
sedemikian rupa sehingga dapat dilalui orang. Selain itu, sepanjang saluran
induk dan sekunder, di mana debit pengalirannya cukup besar, diperlukan jalan
inspeksi dengan perkerasan agar dapat dilalui kendaraan roda empat. Lebar
tanggul dapat dibuat berdasarkan besarnya debit
seperti dalam Tabel 6.3. Saluran subsekunder dan tersier tidak perlu
jalan inspeksi.
f. Mencari tinggi air di saluran
Tinggi air
saluran dapat dibedakan atas 2 (dua) macam, yaitu:
- Tinggi air normal, yaitu tinggi air saluran yang diperhitungkan atas dasar 100 % Q rencana.
- Tinggi air rendah, yaitu tinggi air saluran yang diperhitungkan atas dasar 70 % Q rencana
Tinggi
air saluaran harus diperhitungkan pada dua keadaan tersebut. Hal ini
dimaksudkan agar pada saat aliran maksimal, saluran mampu mengalirkan air, dan
pada saat air rendah, saluran dan bangunan-bangunan masih tetap berfungsi
dengan baik.
Untuk
mengetahui tinggi air di saluran, dilakukan cara coba-coba, sebagai berikut:
- A = (b +m )d
- P = b + 2d (1 + m2)0.5
- R = A/P
- V = ( R2/3 x S1/2) / n
- Q = A x ( R2/3 x S1/2) / n
- A.R2/3 = ( Q x n )/ S1/2
dengan:
A = luas penampang basah
P = keliling penampang basah
R = jejari hidraulik
Q = debit air saluran
n = koefisien kekasaran Manning
S = kemiringan dasar saluran
m = kemiringan tebing/dinding saluran
g. Mencari kecepatan aliran
Dari hasil perhitungan a
dan b di atas, selanjutnya dapat dihitung besarnya
kecepatan aliran yang sebenarnya terjadi di saluran sesuai dengan parameter
yang telah ditetapkan, yaitu:
*
V = ( R2/3 x S1/2) / n
Besarnya kecepatan pengaliran (V) yang
terjadi harus masih dalam batas yang diizinkan. Jika ternyata V yang terjadi di
luar dari batas yang diizinkan harus dilakukan perubahan pada variable yang
lain. Perubahan dapat dilakukan pada :
- Kemiringan dasar saluran atau pada
- Lebar dasar saluran.
mksh atas bntuannya
BalasHapussip semoga berkah
BalasHapusthanks bro
BalasHapussiip ilmu yang bermanfaat
BalasHapusterimakasih sangat bermanfaat
BalasHapusijin copas buat dasar teori
BalasHapuskalo boleh tahu sumber-sumber tabel darimana??
terima kasih